DIALEKTIS.CO – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti masih tingginya tingkat kematian akibat kanker serviks di Indonesia.
Ia mendorong penggunaan metode skrining yang lebih menghargai kenyamanan serta privasi perempuan.
Sebagai bentuk inovasi, Andi mengusulkan agar Dinas Kesehatan Kaltim mempertimbangkan tes urine sebagai alternatif baru dalam mendeteksi Human Papilloma Virus (HPV), penyebab utama kanker serviks.
“Setiap tahun tercatat sekitar 36 ribu kasus, dan hampir 18 ribu di antaranya meninggal dunia. Angka ini tentu sangat mengkhawatirkan dan tidak bisa diabaikan,” ujarnya pada Kamis (15/5/2025).
Sebagai dokter spesialis kandungan, Andi menilai salah satu hambatan besar dalam upaya deteksi dini adalah metode pemeriksaan yang selama ini digunakan. Pemeriksaan konvensional dengan spekulum atau ‘cocor bebek’ dinilai membuat banyak perempuan merasa tidak nyaman.
“Terutama perempuan yang belum menikah, sering merasa malu atau tidak nyaman menjalani prosedur ini. Akibatnya, mereka memilih untuk tidak menjalani skrining sama sekali,” jelasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ia menawarkan solusi berupa tes urine yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah, tanpa harus menjalani prosedur invasif.
“Caranya cukup sederhana. Cukup buang air kecil ke dalam wadah steril, lalu sampel tersebut bisa diperiksa untuk mendeteksi keberadaan HPV. Tidak butuh tenaga medis, tidak menyentuh area sensitif, dan hasilnya pun bisa diketahui dengan cepat,” katanya.
Menurutnya, metode ini dapat membantu menjangkau lebih banyak perempuan, terutama di wilayah-wilayah yang belum memiliki fasilitas kesehatan memadai.
“Karena tidak memerlukan infrastruktur medis yang rumit, metode ini bisa diterapkan secara luas, bahkan hingga ke desa-desa. Ini sangat cocok diterapkan dalam program kesehatan berbasis komunitas,” ujar Andi.
Ia meyakini bahwa adopsi metode ini bisa menjadi langkah penting dalam menekan angka kematian akibat kanker serviks.
Selain memperluas cakupan pemeriksaan, pendekatan ini juga dinilai lebih manusiawi dan bisa mengurangi stigma yang masih melekat terhadap prosedur medis tersebut.
“Kita perlu menciptakan sistem deteksi dini yang inklusif dan tidak mengintimidasi. Dengan begitu, perempuan akan merasa lebih aman untuk melakukan pemeriksaan rutin,” tambahnya.
Lebih jauh, Andi menekankan bahwa menjaga kesehatan perempuan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang kuat.
“Perempuan adalah pilar dalam keluarga. Jika mereka sehat, maka keluarga pun akan lebih tangguh. Maka, penting bagi kita semua untuk memastikan mereka mendapatkan layanan kesehatan yang layak dan mudah dijangkau,” tutupnya. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join.
Discussion about this post