DIALEKTIS.CO, Bengkulu – Puluhan pemuda yang tergabung dalam Koalisi Bela Petani menggelar aksi simpatik di bundaran simpang lima ratu samban Kota Bengkulu, Jumat (23/9).
Sopian, perwakilan Petani Bengkulu Utara menyampaikan aksi ini merupakan bentuk empati terhadap nasib ribuan petani akibat terabaikannya posisi mereka sebagai penjaga tatanan negeri indonesia (Petani).
Kata dia, negara yang luas, tanah yang subur serta kelimpahan tenaga tidak menjadikan negara memperhatikan nasib petani. Terperosok ke dalam jurang kemiskinan yang berkepanjangan, tanpa tanah, tanpa masa depan.
Menurutnya, Indonesia adalah negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Namun semua itu sepertinya hanya untuk para pemodal.
“Situasi Petani hari ini jauh lebih miris dari hanya urusan pupuk bersubsidi, di mana kami menguasai tanah akan tetapi setiap hari dihadapkan dengan perusahaan yang dibekengi oleh polisi,”
“Dinama perusahaan tersebut sudah habis masa aktifnya dan dalam kondisi terlantar. Sehingga kami manfaatkan tanah terlantar itu selama bertahun-tahun untuk menyambung hidup” ujar Sopian.
Senada, Meiko selaku korlap aksi menjelaskan aksi ini merupakan aksi gabungan beberapa elemen yang menyatakan sikap untuk peduli dan bersolidaritas dengan nasib petani.
Kini muncul masalah baru bagi petani, ternyata di Bengkulu terdapat permasalahan konflik agraria yang juga mesti segera di selesaikan oleh pemerintah.
“Saat ini, setidaknya 1.879 orang yang tersebar di Provinsi Bengkulu setiap harinya berjuang dan berhadap-hadapan dengan konflik agraria,” ungkapnya.
Rincinya, HKTI Seluma 1035 Orang, Malin Deman Mukomuko 83 Orang, Batik Nau Bengkulu Utara 100 oOrang, Air Berau Mukomuko 64 Orang, Kec Bang Haji Bengkulu Tengah 40 Orang, Teluk Sepang Kota Bengkulu 14 Orang, Sibak Mukomuko 500 Orang, Pondok Bakil Bengkulu Utara 43 Orang.
Dimana dari jumlah tersebut. Sedikitnya ada 105 orang petani juga tidak jelas statusnya di Kepolisian akibat dari perebutan ruang kelola tanah dengan korporasi.
“Seluma 20, Bengkulu Utara Batik Nau 4 orang, Mukomuko Malin Deman 71 orang, Mukomuko Air Berau 10 orang. Apakah negara hari ini hanya membiarkan situasi petani demikian,” paparnya.
Masih kata Meiko, petani juga menjadi kelompok masyarakat yang paling terdampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sebab, seluruh bahan pangan naik, akan tetapi nilai jual hasil produksi petani tidak naik, bahkan dibeli murah.
Sementara, Dimas, Mahasiwa Unib menambahkan, potensi Indonesia sebagai negara agraris harus diperuntukkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seharusnya pemerintah sadar dan peka atas hal itu.
Namun, pepatah petani tragis di negeri agraris terbukti terjadi di Indonesia. Dengan berbagai masalah, seperti persoalan kesejahteraan, krisis regenerasi, konflik agraria, serta ancaman krisis pangan.
“Dimana pemerintah dan pemerintah bisa apa? Menjadi pertanyaan awal dalam setiap peringatan hari tani Nasional di Indonesia. Harus nya kita bergembira, faktanya banyak luka”, tambahnya lagi.
Aksi ini sendiri menyuarakan beberapa tuntutan. Meminta kepada negara untuk tidak melakukan perpanjangan Hak guna usaha (HGU) perkebunan sawit, tidak mengeluarkan izin HGU baru, menurunkan harga BBM serta adanya kepastian harga hasil pertanian seperti sawit dan karet. (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah install aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post