DIALEKTIS.CO – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara simbolis meresmikan empat sekolah negeri yang telah selesai direhabilitasi total sehingga berkonsep Net Zero Karbon atau bangunan rendah emisi, Rabu (28/9).
Mengutip unggahan di Instagram pribadinya. Anies mengklaim, hal ini jadi yang pertama di Indonesia untuk bangunan sekolah negeri.
“Pertama kalinya di Indonesia dibangun Sekolah Negeri dengan konsep Net Zero. Hari ini sejarah ditorehkan di Jakarta,” tulisnya.
Green Building Council of Indonesia menguji dan telah memberikan sertifikat Greenship NZH.
4 Sekolah Net Zero yang jadi pilot project tersebut, diantaranya SDN Duren Sawit 14 (Jaktim), SDN Grogol Selatan 09, SDN Ragunan 08 Pagi (Jaksel) & SMAN 96 (Jakbar).
Kata Anies, salah satu orang tua murid bilang, “biasanya sekolah gini cuma ada di swasta atau internasional, tapi sekarang anak-anak kami punya sekolah yang bagus dan gratis sekolahnya”.
Jelasnya, Sekolah Net Zero tersebut dirancang arsitek kenamaan Andra Matin, D-Associates Architect, dan Djuhara. Desainnya amat menarik. Konsep bangunannya hemat energi. Misal pakai pendingin ruangan dan lampu hemat energi.
Bangunannya memperbanyak ventilasi agar sirkulasi udara lancar. Sebagian besar kebutuhan energinya dipasok dari sumber energi terbarukan. Emisi karbon yang dihasilkan sangat minim. Sampah dikelola agar dapat menghasilkan energi kembali.
“Jakarta berkomitmen menurunkan 30% green house gas emission di tahun 2030. Sekarang Alhamdulillah sudah 26%. Selain kendaraan bermotor, bangunan menyumbang 39% emisi karbon global dan mengkonsumsi 36% total energi global,” paparnya.
Pemprov DKI Jakarta terus merehabilitasi sekolah negeri lainnya jadi gedung rendah emisi. Target 2 sekolah negeri berkonsep gedung rendah emisi pada 2023.
“Kita ingin gedung-gedung sekolah menginspirasi, merangsang pikir dan imajinasi. Anak-anak akan belajar dari bangunan ini. Setiap sudut bangunan bisa jadi alat ajar guru,” sebutnya.
Jakarta harus setara dengan kota global di dunia dan itu artinya sekolah harus bisa mendidik anaka-anak untuk berkompetisi dengan hasil-hasil pendidikan sekolah kota global lain.
“Dulu kita bilang fenomena di pendidikan adalah: siswanya abad 21, gurunya abad 20 dan gedung sekolahnya abad 19. Kini gedung sekolahnya telah jadi abad 21,” pungkasnya. (Yud/DT).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah install aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post