DIALEKTIS.CO – Seorang warga Desa Rangda, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, harus melahirkan di atas speedboat ketika dirujuk menuju RSUD Sultan Imnuddin Pangkalan Bun, Sabtu (25/2/2023) sore sekitar pukul 15.30 WIB.
Berkat kesigapan bidan desa yang mengawalnya, ibu muda bernama Sabtuah itu melahirkan secara normal diatas speedboat yang melaju kencang untuk merujuknya ke rumah sakit.
Muniatus Saidah, bidan desa setempat mengungkapkan bahwa awalnya Sabtuah datang ke Pustu tempatnya bertugas pada Jumat (24/2/2023) malam kemudian menjalani perawatan seperti proses persalinan biasa.
“Pembukaan lengkap itu terlihat pada Sabtu (25/2) subuh, namun saat itu belum ada tanda-tanda bayi akan keluar dan kita putuskan untuk menunggu,” katanya, Senin (27/2/2023).
Namun setelah menunggu cukup lama dan memperhatikan kondisinya, diputuskan untuk merujuk istri Reno ini ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
“Janin tidak bergerak untuk keluar, dan saat itu kondisinya air ketuban telah merembes akhirnya dengan dibantu suami, kader, dan tokoh masyarakat diputuskan untuk dirujuk menggunakan speedboat. Karena kalau tidak segera mendapat penanganan maka dikhawatirkan bisa mengalami kesulitan nafas selain itu peralatan medis untuk persalinan di Pustu tidak selengkap di rumah sakit,” katanya.
Sekitar 15 menit perjalanan menuju rumah sakit, ternyata tanda-tanda persalinan kembali muncul. Janin dalam rahim Sabtuah kembali kontraksi dan kelahiran berlangsung ketika mereka melintasi kawasan sungai yang mereka kenal dengan sebutan Tanjung.
“Sekitar kawasan tanjung, bayinya lahir. Alhamdulillah sehat dan saat itu bayinya juga menangis dengan kencang. Semua mengucap syukur di atas speedboat itu,” terangnya melalui sambungan telepon.
Bidan desa berstatus Tenaga Kontrak Daerah (TKD) ini mengungkapkan bahwa usai persalinan, mereka langsung putar arah kembali ke desa.
“Kami putuskan kembali karena yakin kondisi ibu dan bayi cukup kuat. Alhamdulillah semua sehat dan bayi berbobot 3,3 kilogram dengan panjang 46 cm berjenis kelamin perempuan,” terang Bidan yang telah tiga tahun mengabdi di pedalaman Kalteng itu.
Menurutnya keputusan untuk merujuk pasien dengan speedboat juga merupakan keputusan bersama antara tenaga kesehatan dan juga pihak keluarga. Karena jalur sungai dinilai lebih cepat dibanding harus menggunakan ambulans darat.
“Dengan speedboat dari Desa Rangda sampai pelabuhan sungai di Pangkalan Bun sekitar satu jam lebih sedikit. Kalau pakai ambulans darat bisa dua jam lebih karena harus memutar melalui jalan perusahaan dan jalannya belum tentu mulus,” ungkapnya.
Lancarya proses persalinan di atas speedboat itu, lanjutnya, juga berkat kerjasama antara ibu yang melahirkan dan juga pendamping termasuk suami. Ia menyebut bahwa menolong persalinan di atas speedboat merupakan pengalaman pertama dan tak akan pernah dilupakan.
Menurutnya proses persalinan saat itu terbilang ekstrem. Karena selain memastikan bayi dan ibu selamat, ia juga harus memberi aba-aba ke motoris agar speedboat tidak terlalu oleng saat menyusuri sungai.
“Saya didampingi kader dan ibu melahirkan didampingi suami. Kami semua di atas speedboat berlomba dengan waktu. Antara menolong kelahiran bayi ini sekaligus bagaimana agar secepatnya bisa sampai Pangkalan Bun. Namun ternyata sang bayi maunya lahir di atas air,” pungkasnya. (sla)
Sumber : Radar Pangkalan Bun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah instal aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post