Pelaku pasar dunia menyambut baik keputusan Amerika Serikat (AS) dan China melakukan pelonggaran pembatasan social (social distancing), respon positif pasar ini ditunjukkan dengan mulai membaiknya harga minyak dunia yang sebelumnya terus anjlok.
Dikutip dari CNBC Indonesia, sepanjang pekan ke-tiga bulan Mei ini, harga minyak jenis brent naik 8,09%. Sementara yang jenis light sweet terangkat nyaris 13%. Hal ini juga dipengaruhi pemangkasan pasokan OPEC dan peningkatan permintaan minyak, seiring penghentian lockdown.
Melambungnya harga si emas hitam ini disinyalir juga sebagai bentuk harapan pasar akan kehidupan yang lebih baik seiring mulai “meredanya” serangan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) secara global, utamanya di AS dan China.
Diketahui, kini sejumlah negara bagian di AS termasuk New York mulai melonggarkan social distancing. Masyarakat sudah mulai beraktivitas, meski masih ada beberapa pembatasan. Sejumlah bisnis seperti tata ruang (lanscaping) dan pengaturan kebun (gardening) pun mulai bergerak membaik.
Sementara dari tanah air, selain kenaikan harga minyak dunia, meski masih fluktuatif kabar mulai membaiknya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dikisaran 3% dan batu bara 4,27% menjadi harapan tersendiri bagi pelaku pasar.
Menegangnya hubungan Canberra-Beijing akibat pernyataan Perdana Menteri Australia Scott Morrison mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona yang menjadi pandemi global. Turut mempegaruhi harga, jika ketegangan keduanya terus berlanjut, batu bara Indonesia diprediksi pasar akan kembali membanjiri China.
China sedang merespon keras secara ekonomi. Awal pekan ini, tiba-tiba impor sereal (barley) asal negri Kangguru itu dikenakan bea masuk anti dumping dan subsidi sebesar 80,5%. China juga tengah mempertimbangkan untuk mempersulit masuknya produk Australia lainnya seperti anggur (wine), produk susu (dairy), makanan laut, dan buah-buahan. Caranya adalah dengan pemeriksaan yang lebih ketat, bea masuk, dan penundaan kepabeanan.
Tekanan terbesar China kepada Australia ialah kemungkinan menyetop impor batu bara. China adalah salah satu pembeli terbesar batu bara Australia dengan nilai AU$ 13,84 miliar pada tahun fiskal 2017/2018. Hanya kalah dari Jepang dengan nilai AU$ 17,05 miliar.
Baca Juga: Banyak Dikritik, Berikut Daftar 15 Perubahan Batang Tubuh UU Minerba
Disahkannya UU Minerba dengan 15 perubahan di bagian batang tubuh, diprediksi tak lain guna menarik minat investasi. Strategi menjual sumberdaya alam ini masih menjadi jurus andalan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pasca terjadi konstraksi ekonomi akibat dampak global Covid-19.
Dilain sisi, kebijakan pelonggaran akses transportasi udara pun dinilai akan turut mempercepat perputaran ekonomi yang belakangan terus melemah. Meski, dilain pihak hal ini juga berpotensi memperparah pandemi Covid-19. (Yudi/DT).