Oleh: Edwin Agustian, Ketua Umum Forum Jurnalis Bontang (FJB)
DIALEKTIS.CO – Sixnergy, “Sudah besar ya FJB. Enam tahun itu sudah bisa masuk SD.” Celetukan itu keluar dari Ismail. Jurnalis Tribun Kaltim. Punya kedai kopi. Punya pacar. Punya masalah. Lagi mencari solusi.
Celetukan Ismail, yang namanya pernah diubah Dian Bunger, itu disampaikan saat kami — Royen, Iwan L, Rifky, Ikwal, Abdi– membahas rencana acara untuk perayaan ulang tahun ke-6 Forum Jurnalis Bontang (FJB). Pembahasan nonformal. Terkait syukuran ulang tahun. Yang harusnya digelar hari ini. Tepat tanggal kelahiran organisasi jurnalis lokal Bontang ini. 31 Mei.
Panitia memutuskan memundurkan acara. Ingin sekaligus menggelar diskusi. Kata Sekretaris FJB Andi Yudi Zakaria, agar tidak hanya acara makan-makan.
FJB memang sudah besar. Semakin bertumbuh. Membersamai perkembangan pers di Bontang. Setidaknya enam tahun belakangan. Dengan segala dinamikanya.
Pendirian FJB sendiri bermula dari kegelisahan. Keinginan untuk maju. Butuh saluran. Enam tahun lalu, organisasi jurnalis belum sepenuhnya menyentuh Bontang. Sependek pengetahuan saya, hanya Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kaltim. Anggotanya jurnalis PKTV.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) berpusat di Balikpapan. Meski anggotanya tersebar di beberapa kota. Saya salah satunya. Sedangkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) belum memiliki cabang di Bontang.
Maka ketika Achmad Syahrir –Bang Chai– mengajak membentuk organisasi jurnalis, saya mengiyakan. Pertemuan awal banyak dilakukan di kantor klikbontang.com, sekarang klikkaltim.com. Obrolan bersama Dohang, Iqram –Alfatihah untuk almarhum— Isur, Herdi, Amir Jaya, Irwan, Ikwal, Nugrah, cukup intens.
Hingga akhirnya kepanitian musyawarah besar pertama terbentuk. Nugrah dipilih jadi ketua panitia. Senior jurnalis di Bontang, Cholisoh, mengusulkan nama organisasi. Karena sebelumnya sudah eksis komunitas Bontang Journalist (Bonjour). Setelah diskusi, disetujui Aliansi Jurnalis Bontang (AJB).
Saat Musyawarah Besar I pada 31 Mei 2016. Dihadiri 51 jurnalis, termasuk para senior Agus Susanto, Teguh Suharjono, Cholisoh dan lainnya, turut hadir dalam mubes itu. Mubes dibuka Basri Rase, yang saat itu menjabat Wakil Wali Kota Bontang. Hasilnya, disepakati nama menjadi Forum Jurnalis Bontang. Karena sifat organisasi yang paguyuban. Dohang terpilih sebagai ketua pertama.
Berubahnya nama organisasi membuat pusing Adi Mulyadi. Dia harus mendesain ulang logo. Logo itu dipakai hingga sekarang.
Seiring perkembangan, FJB semakin menata diri. Termasuk keanggotaan. Saat kepengurusan kedua, saya yang waktu itu dipilih menjadi ketua melakukan pendataan anggota. Keputusan itu mengharuskan mereka yang ingin bergabung dengan FJB harus mengisi formulir.
Lalu disaring oleh Bidang Organisasi dan Bidang Keanggotaan. Hanya jurnalis yang memenuhi syarat sebagai mana tercantum di AD/ART menjadi anggota. Hal ini membuat anggota FJB mengalami penyusutan. Karena tidak sedikit yang tidak mengisi formulir.
Sekarang, di usia keenam, saya yakin organisasi ini bisa semakin tumbuh. Beriringan dengan organisasi jurnalis lainnya. Bersinergi. Sebagai mana tema ulang tahun kali ini.
Kepada anggota, saya ingin meminta maaf jika saya banyak salah selama memimpin. Kepada narasumber, pun begitu. Meminjam kalimat yang saya lihat di baju jurnalis kenamaan Maman Suherman, jurnalis pencari fakta bukan penebar petaka.
Selamat ulang tahun FJB.