DIALEKTIS.CO – Dinas Kesehatan Kota Bontang resmi melarang seluruh apotek, toko obat hingga warung untuk menjual obat cair atau sirup anak.
Kepala Dinas Kesehatan Bontang, drg Toetoek Pribadi Ekowati menegaskan larangan tersebut sebagai tindak lanjut Instruksi Kemenkes melalui Surat Edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal Pada Anak.
“Selain dilarang menjual obat cair anak, dokter dan klinik serta rumah sakit pun diminta untuk tidak meresepkan obat bentuk sirup pada anak,” ujarnya.
Kata dia, larangan ini belum ada batas waktu pemberlakuan. Artinya, sepenuhnya menyesuaikan dengan pengumuman pemerintah pusat atau instruksi dari Kemenkes RI.
Menggantikan obat cair anak, akan dialihkan dengan bentuk obat lain. Seperti tablet, kapsul, maupun puyer.
Lebih jauh, Toetoek menegaskan meski hingga kini di Bontang tidak ditemukan kasus gejala ginjal akut misterius. Langkah ini sepenuhnya bentuk antisipasi saja.
Kekhawatiran Sejumlah Bapak
Terpisah, menanggapi hal itu sejumlah Bapak-bapak di Kota Bontang mengaku kebingungan karena sudah terbiasa menggunakan obat sirup untuk anak.
“Sepertinya para balita–batita bakal rasakan yang pahit-pahit untuk sakitnya. Karena wujud sirup itu sudah yang paling recomended sejak dulu untuk memudahkan mereka konsumsi,” kata Darwin Tri Antoro, warga Bontang Baru, Kamis (20/10).
Darwin menilai, orang tua akan kesulitan untuk mencari pengganti obat setelah obat cair dilarang digunakan.
Terlebih rasa obat sirup anak yang manis dan mudah didapat membuat anak mudah untuk meminum obat.
“Semisal ingin mencampurkan dengan zat lain, keawaman kita pun tak tahu menahu tentang jenis dan takaran yang pas,”
“Jenis bahan campurannya, misalnya jika dicampur sirup atau gula. Pasti memusingkan bagi para ibu kesian,” keluhnya.
Ia berharap, Dinkes memberi alternatif solusi tidak sertamerta melarang. Meski begitu ia juga berharap penyebaran kasus ginjal akut misterius pada anak yang ramai diperbincangkan tersebut dapat segera terselesaikan.
Senada, Sapta (29) warga Kelurahan Telihan, juga mengaku khawatir. Terlebih ia memiliki seorang anak balita. Sehingga dituntut untuk bersikap lebih hati-hati.
“Serahkan aja lagi sama saran dokter. Semoga semua cepat selesai, jadi khawatir kita ini,” tutupnya. (Yud/DT).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah instal aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post