DIALEKTIS.CO – Sesuai dengan tema debat, “Pembangunan Menuju Kawasan Industri Ideal dalam Mewujudkan Bontang Sentosa 2045”.
Pada sesi tanya jawab, Calon Wakil Wali Kota Bontang nomor urut 2, Nasrullah menyoroti kegagalan pembangunan pabrik NPK Cluster yang terjadi di zaman kepemimpinan Neni Moerniaeni.
Nasrullah menyayangkan lepasnya potensi investasi besar tersebut.
Terlebih, kata Nasrul, Bontang telah menetapkan diri sebagai kota industri. Maka seharusnya dapat memfasilitasi tumbuhnya industri dan berujung pada besarnya serapan tenaga kerja.
Menjawab hal itu. Calon Wali Kota nomor urut 4 Neni Moerniaeni menjelaskan sebagai wali kota saat itu, dirinya adalah pihak yang paling mendukung pembangunan proyek NPK Cluster.
Bahkan, setelah melakukan berbagai diskusi dan meminta pendapat dari Kejaksaan, akhirnya dirinya saat itu telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) untuk perizinan proyek tersebut.
“Namun, ada kendala serius. Sekelompok masyarakat menolak dan melakukan gugatan ke pengadilan. Dengan alasan masalah jarak antara lokasi proyek dan pemukiman,” ungkapnya.
Gugatan warga akhirnya dimenangkan pengadilan, dengan putusan izin yang dikeluarkan harus dicabut.
Meskipun Neni selaku wali kota Bontang saat itu berupaya membawa kasus ini ke Mahkamah Agung. Keputusan tetap sama, dan proyek NPK Cluster akhirnya harus dibatalkan karena masalah jarak dengan pemukiman.
“Kami sudah berusaha. Jadi yang upayakan untuk dilanjut, namun keputusan pengadilan yang mencabut izin, bukan kami,” jelas Neni.
Lebih jauh, Neni menegaskan meskipun proyek NPK Cluster saat itu batal. Di bawah kepemimpinannya Pemerintah Kota Bontang telah berusaha sebaik mungkin untuk mendukung investasi dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join.
Discussion about this post