DIALEKTIS.CO – Imbas terjadinya gelombang panas, demi mengamankan stok pangan lokalnya, Pemerintah India mulai melarang ekspor gandum. Hal ini dinilai akan berpengaruh besar pada pasokan global, termasuk Indonesia.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, India merupakan produsen gandum nomor dua terbesar di dunia setelah China dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton.
Baca juga: Sektor Properti di Bontang Tetap Stabil, Bontang Baru dan Api-api Primadona
Sementara Indonesia mengimpor gandum tiap tahun sebesar 11,7 juta ton atau setara USD3,45 miliar, naik 31,6% dibanding tahun sebelumnya
“Jadi kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan di dalam negeri. Dengan inflasi yang mulai naik, dikhawatirkan garis kemiskinan akan meningkat,” ujar Bhima dilansir dari MNC Portal Indonesia, Ahad, (15/5).
Baca juga: Soal Pembangunan Pabrik Soda Ash, Sekper KIE: Disambut Baik Masyarakat
Menurut Bhima, ada empat dampak dari pelarangan ekspor gandum ini. Pertama, harga gandum di pasar internasional telah naik 58,8% dalam satu tahun terakhir. Imbas pada inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat.
“Contohnya tepung terigu, mie instan sangat butuh gandum, dan Indonesia tidak bisa produksi gandum. Banyak industri makanan minuman skala kecil yang harus putar otak untuk bertahan di tengah naiknya biaya produksi,” ujarnya.
Baca juga: Kinerja JBP Optimal, PKT Beri Reward kepada Distributor dan Kios Wilayah Kaltim Kaltara
Kedua, pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius.
Perang Ukraina-Rusia sudah membuat stok gandum turun signifikan. Ditambah kebijakan India, tentu berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang butuh gandum.
Baca juga: Pasar Citra Mas Loktuan yang Baru Ditarget Mulai Beroprasi Bulan Syawal
“Ketiga, pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum dan ini harusnya menjadi kesempatan bagi alternatif bahan baku selain gandum seperti tepung jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia,” ujarnya.
Dan keempat, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum, ketika harga gandum naik bisa menyebabkan harga daging dan telur juga naik.
Baca juga: Tok! Harga Pertamax Resmi Naik Jadi Rp 12.500-Rp 13.000 Per Liter
“Oleh karena itu, pemerintah harus segera mempersiapkan strategi untuk mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India,” ungkap Bhima. (*)