DIALEKTIS.CO – Kota Bontang resmi jadi lokasi pilot projek pencegahan penyebaran DBD melalui pelepasan nyamuk Wolbachia.
Nantinya, sekira 3,2 juta nyamuk ber-Wolbachia akan dilepas liarkan guna merusak mata rantai nyamuk Aedes Aegypti. Program ini akan berlangsung selama 6 bulan dimulai pada Agustus mendatang.
Kepastian penunjukan lokasi pilot projek ini berlangsung di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Rabu (14/6) Siang.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr Maxi Rein Rondonuwu meyakinkan program ini aman bagi masyarakat, bahkan tingkat akurasi keberhasilannya mencapai 80 persen.
“Teknologi ini kan sudah berbasis bukti. Berbasis ilmiah yang dikembangkan Monash University Australia dan bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada Yogyakarta,” ujarnya.
Sementara, Sekretaris Daerah (Sekda) Aji Erlinawati menyatakan pihaknya menyambut baik terpilihnya Bontang menjadi pilpt project penagananan DBD dengan metode nyamuk berbakteri wolbachia.
Ia berharap metode ini benar-benar berhasil memutus mata rantai DBD di Kota Taman.
“Semoga setelah implementasi penanganan kasus dengan berwolbcahia bisa langsung dirasakan masyrakat,” ujarnya.
Guna mensukseskan program ini, Sekda menyatakan pihaknya akan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat.
Pada Juli mendatang, Pemkot Bontang juga telah menjadwalkan pelatihan kader Wolbcahia. Nantinya, usai pelatihan para kader akan diberikan tugas untuk mengedukasi dan membimbing masyarakat cara menangani nyamuk dengan metode terbaru ini.
“Botang siap menyukseskan program penanganan nyamuk ber-Wolbachia,” tuturnya.
Senada, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang dr Toetoek Pribadi Ekowati turut menyambut baik program pencegahan penyebaran DBD ini.
Kata dia, sebagai daerah endemik nyamuk DBD. Sampai saat Bontang terus berupaya memutus mata rantai DBD. Dengan adanya program nyamuk ber-wolbachia ini diharap jadi jauh lebih efektif.
“Kita sudah rutin melakukan fogging, dan juga prokes kita perketat dengan pengendalian yang dilakukan kader. Tapi tidak ada perubahan yang signifikan,” ungkapanya.
Lebih jauh, Toetoek menyebut, pada tahun 2021-2022 Bontang menempati peringkat satu di Indonesia dengan jumlah tingkat kasus DBD tertinggi.
Alasan ini yang kemudian membuat Kemenkes RI menunjuk Bontang sebagai daerah pilot project di Kalimantan.
“Semoga kita dapat bergandengan tangan menyelesaikan kasus penyebaran ini,” pungkasnya. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah instal aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post