GUGUS tugas percepatan penanganan Covid-19 Kota Bontang, Kalimantan Timur, Senin (20/7/20) Sore, kembali mengumumkan adanya penambahan 2 orang tanpa gejala (OTG). Dengan demikian, hingga saat ini Bontang masih menunggu 101 hasil sampel swab.
“Penambahan 2 OTG dengan rincian, 1 orang kontak erat dengan kasus 18BTG dan 19BTG. Serta 1 orang kontak erat dengan kasus konfirmasi Kukar,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bontang, Bahauddin dalam rilis tertulisnya.
101 tersebut didominasi OTG yang kontak erat dengan kasus 18BTG dan 19BTG yakni 52 orang, kemudian 9 orang kontak erat kluster BNN, 3 orang kontak erat kasus 17BTG, 3 orang hasi screening fasilitas kesehatan, rapid reaktif, serta pelaku perjalanan dan kontak dengan pelaku perjalanan.
Baca juga: Belum Berakhir, Bontang Tambah 1 Kasus Baru Positif Covid-19
“Semua OTG telah diswab, saat ini isolasi mandiri dan 1 ODP hasil screening fasilitas kesehatan, semua menunggu hasil swab,” ujarnya.
Kata dia, risiko penyebaran kasus ada di masyarakat. Upaya untuk mengendalikan sebaran Covid-19 adalah kesungguhan mematuhi protokol kesehatan. Ketidak disiplinan masyarakat dalam menggunakan masker menjadi faktor utama penyebab masih tingginya kasus positif COVID-19.
Bahuddin mengingatkan, banyak kejadian yang membuktikan bahwa penularan Covid-19 terjadi pada keluarga atau orang terdekat, atau tertular dari orang-orang yang dikenal.
Sehingga, mengenakan masker dan menjaga jarak saat berkontak sosial merupakan keharusan dalam pencegahan penularan, di manapun, kapanpun. Baik dalam acara keluarga, kantor, kegiatan komunitas, di tempat umum dan lain-lain.
Baca juga: Belum Berakhir, 2 Balita di Bontang Positif Corona
Lebih lanjut, disampaikan kepada semua pelaksana, pemilik, penanggung jawab acara, hajatan atau kegiatan yang mengumpulkan banyak orang harus menyampaikan maksud dan kegiatannya kepada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Bontang sehingga dapat diberikan Rekomendasi yang selanjutnya menjadi dasar kepolisian untuk menerbitkann izin keramaian.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mengawal adaptasi kebiasaan baru dengan pelaksanaan prokol kesehatan yang ketat dalam setiap aktifitas masyarakat.
“Tentu tidak diharapkan oleh semua pihak jika muncul kluster baru dari kegiatan yang digelar,” pungkasnya. (Yud/DT).
Discussion about this post