DIALEKTIS.CO – Sejak 4 Januari 2021 lalu, Gunung Merapi disebut memasuki fase erupsi yang bersifat efusif yang dikenal juga sebagai tipe Merapi yaitu erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, disertai dengan guguran lava dan guguran awan panas.
Teranyar, pada hari ini, Rabu (27/01) sejak pukul 00.00-14.00 WIB, Gunung Merapi telah meluncurkan 36 kali awanpanas guguran dengan jarak luncur antara 500-3000 m ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
“Awanpanas tercatat di seismogram dengan amplitudo antara 15-60 mm dan durasi 83-197 detik,” tulis Kepala BPPTKG Hanik Humaida di akun instagram BPPTKG.
Akibat dari kejadian awanpanas guguran tersebut, sejumlah lokasi melaporkan hujan abu dengan intensitas tipis hingga tebal, seperti di Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali dan beberapa lokasi di Kabupaten Klaten.
Kata dia, hujan abu dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian awanpanas guguran. Untuk itu masyarakat diharapkan untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti dengan menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber air.
Hanik menyatakan bahwa jarak luncur awanpanas masih dalam radius bahaya yang direkomendasikan oleh BPPTKG–PVMBG-Badan Geologi, yaitu sejauh 5 Km dari Puncak Gunung Merapi pada alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
“Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang di rekomendasikan tersebut,” imbaunya.
Selain itu, terkait dengan masih musim penghujan, Hanik meminta masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi.
Terangnya, potensi bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya. Yaitu meliputi Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih dengan jarak maksimal 5 Km dari puncak.
“Sedangkan erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanik diperkirakan menjangkau radius 3 km dari puncak,” pungkasnya. (Yud/DT)