DIALEKTIS.CO – Dua hari belakangan, cukup ramai foto penampakan bulan berwarna merah pada status WhatsApp dan Media Sosial, Sabtu (30/9/2023). Pantauan, beragam caption pun dituangkan untuk menggambarkan pristiwa itu.
Lucunya ada saja warganet cocoklogi yang mengaitkan fenomena alam ini dengan pristiwa kelam 30 September 1965 lalu atau yang dikenal dengan G30S. “Darah itu merah Jendral,” tulis salah satu warganet di Kota Bontang.
Lantas, fenomena alam apa sebenarnya yang sedang terjadi. Penelusuran media ini, yang terjadi adalah fenomena supermoon. Kehadiran supermoon September ini menjadi fenomena supermoon terakhir pada tahun 2023. Setelah sebelumnya terjadi pada Agustus lalu.
Melansir situs Business Insider, Noah Petro, ilmuwan proyek Lunar Lunar Reconnaissance Orbiter NASA menjelaskan supermoon adalah jenis Bulan purnama yang tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan Bulan paling redup tahun ini.
Hal tersebut dikarenakan letaknya pada bulan ini adalah paling dekat dengan Bumi, yang dinamakan perigee. Namun diketahui supermoon bulan ini tidak akan sebesar bulan Agustus lalu.
“Perbedaan antara bulan purnama kali ini dengan bulan Agustus hanya 4.370 kilometer, sehingga akan sangat dekat jaraknya untuk bulan purnama ini,” jelas Noah Petro.
Sementara, melansir detik.co Patrick Hartigan, profesor fisika dan astronomi di Universitas Rice menjelaskan meskipun supermoon diakhir September 2023 ini tidak sedekat dan seterang supermoon di bulan Agustus. Namun supermoon ini akan tampak lebih berwarna kuning tua, oranye, atau merah.
Bulan akan terlihat berubah warna saat terbit, terbenam, atau saat gerhana Bulan saja. Hal itu juga sama halnya ketika melihat Matahari terbit atau terbenam yang mengeluarkan cahaya merah.
“Atmosfer Bumi menyebarkan cahaya kecuali warna merah atau oranye,” jelas Patrick.
Kata dia, di beberapa negara, supermoon ini bertepatan dengan Festival Pertengahan Musim Gugur. Maka bulan ini disebut juga sebagai ‘bulan panen’ atau harvest moon terakhir. Menurutnya bulan panen atau harvest moon terjadi sebagai penanda masa panen.
“Harvest moon dinamakan demikian karena selama beberapa hari bulan purnama akan terbit saat Matahari terbenam,” paparnya.
Pada masa itu, para petani yang ada di belahan Bumi utara akan memanen tanamannya dan mendapat lebih banyak cahaya untuk bekerja kembali setelah Matahari terbenam.
Secara umum, munculnya Bulan terjadi sekitar 50 menit lebih lambat. Namun, menjelang bulan panen, kemunculannya menjadi cepat, yaitu seperti 24 menit saja di Chicago dan 17 menit di Seattle.
Selain itu, tingkat kecerahan Bulan juga dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer, seperti awan, asap, atau debu yang dapat merubah warnanya. (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah install aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post