Sifat turunan dalam proses pendidikan yang konstruktivisme Tut Wuri Handayani yang tulus dalam wel asih rahmatan lil alamin mesti diwariskan__ supanya generasi penerus bangsa Indonesia tidak telanjang.
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
DIALEKTIS.CO – Ketelanjangan seiring kemajuan pendidikan, baik berdurasi lokal maupun nasional__bahkan bertaraf internasional, terus digalakkan dengan desain kecanggihan masing – masing.
Seiring kecanggihan dari buah kecerdasan juga, demikian pula kejahatan melaju dan terkadang tidak sepadan dengan output keintelekan pendidikan didomainkan.
Kecerdasan intelektual mesti sepadan dengan radius spritualitas kepekaan nurani bermental santun yang bertakwa kepada Tuhan Sang penciptanya __ mesti diyakini dan disadarinya dalam tindakan menjadi atmosfir kehidupan berhingga ke liang lahatnya.
Manakala, tidak dipadukan, maka kehidupan akan pincang menjadi bencana dunia hingga akhiratan berbuah kesengsaraan yang tiada terkira.
Oleh karena itu, esensi pendidikan mesti diindahkan dengan pencerahan logika mawarda marahmah al madina munawarah yang rahmatan lil alamin. Diharapkan demikian agar proses dan outputnya, sehingga tidak meresahkan yang bersesuaian dengan rumusan tujuan pendidikan dicita-citakan secara tulus oleh pendiri bangsa ini.
Termasuk di antarannya, Ki Hajar Dewantara bersembonyan Tut Wuri Handayani dalam proses melaksanakan sistem pendidikan.
Tut Wuri atau untuk mengikuti, dan Handayani atau bantuan untuk memaksimalkan potensi, berarti bahwa para guru harus membantu dan memfasilitasi siswanya seolah-olah mereka adalah bunga yang akan mekar harum hingga berproses jadi buah, jadi bibit berbobot marwah kebangsaan.
Konsep belajar bersifat konstruktivisme Tut Wuri Handayani Ki Hajar Dewantara mesti diimplementasikan menjadi logika pendidikan nasional multi dimensi keilmuan yang rahmatan lil alamin.
Proses belajar bersifat konstruktivisme Tut Wuri Handayani yang tulus wel asih rahmatan lil alamin, diharapkan outputnya tidak meresakan dan bertelanjangan, sehingga dapat menodai bangsanya.
Namun, sikap konstruktivisme dalam proses pendidikan dilahirkan saat, Indonesia belum merdeka dan ditelanjangi oleh penjajah dengan proyekaliasi kebodohan membelenggu.
Mungkin, proses pendidikan saat ini, eloknya agar kesannya tidak bertitisan domain proyekalisasi masif ala era penjajahan__mestinya dihindari agar Indonesia tidak ditelanjangi oleh piutang.
Indonesia Telanjang
Indonesia merdeka dari jajahan senjata asing tetapi tidak pada kuatansi intimidasi jalan piutang melalui misi selingkuhan undang-undang _terselubung secara telanjang_
dan jaminan proyekalisasi tukar guling pencaplokan calo jadi maling maling pada dimensi di semua elemen masih telanjang.
Tidak terkecuali pada domain pengelola pendidikan juga berimbasa rembesan dan akan menodai ketulusan tut wuri handanyani ber_rahmatan lil alamin. Apalagi kalau ada bocoran yang besaran melebihi 349 triliunan bah divralkan baru-baru ini.
Sungguh aduhai kebahenolan dana yang luar biasa, dan andaikan boleh dibayangkan betapa montoknya tumpukan uang Rp349 triliunan,
_bila dibagi rata, maka rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta akan mendapat Rp1.745.000 per orang, ini baru satu kementerian_ apalagi lebih 30 institusinya. Belum lagi kekayaan alam di berbagai proyekalisasi tambang negara.
Manakala, kita memiliki dan atau hasil merampok uang sejumlah itu, maka menjadi calon Presiden pun bisa menang mutlakan,__sekalipun mengidap majnun bersifat turunan.
Maka, sifat turunan dalam proses pendidikan yang konstruktivisme Tut Wuri Handayani yang tulus dalam wel asih rahmatan lil alamin mesti diwariskan__ supanya generasi penerus bang Indonesia tidak telanjang.
Selamat Hardiknas semoga pendidikan Indonesia makin mencerahkan di mata dunia guna melintasi zaman tanpa Tut Wuri ditelanjangin.
——
UHAMKA Jakarta dan Unismuh Makassar, tetap berekosistem dalam Mencerahkan Pendidikan yang Cerdas bersifat konstruktivisme Tut Wuri Handayani yang tulus dalam wel asih ber_rahmatan lil alamin__