DIALEKTIS.CO – Penyebaran dan penularan Covid-19 di Kota Bontang, terbilang masih cukup tinggi. Per-Selasa (26/1/2021) kasus aktif kembali menyentuh angka 912.
Tingkat okupansi ruang isolasi rumah sakit rujukan semakin menipis, Satgas Covid-19 pun dikabarkan mulai kewalahan. Angka kematian akibat virus ini juga terus bertambah, kini diangka 53 orang.
Selain menekan potensi penyebaran, upaya memberi fasilitas penyembuhan pun telah disiapkan Pemerintah setempat. Salah satunya, dengan mendatangkan alat Terapi Apheresis.
Namun, alat terapi plasma darah atau plasma konvalesen untuk pengobatan pasien Covid-19 seharga Rp 1,5 miliar tersebut belum juga dapat maksimal digunakan.
Pasalnya, hingga kini PMI Kota Bontang kesulitan untuk mendapatkan donor plasma darah.
Teknisi Laboratorium PMI Bontang, Tyas, mengatakan tak mudah mendapatkan donor plasma darah dari para penyintas Covid-19. Walaupun, efektivitasnya sangat tinggi.
“Masih minimnya peminat menjadi kadala,” ujarnya.
Kata dia, saat ini baru ada beberapa orang mau mendonorkan plasmanya. Padahal angka penyintas Covid-19 di Kota Bontang yang sudah sembuh mencapai 2088 orang.
“Baru 10 orang, itupun gagal semua. Mereka rata-rata gagal saat dilakukan skrining,” ungkapnya.
Dijelaskannya, tidak semua penyintas Covid-19 dapat mendonorkan plasma darahnya. Sebelumnya pendonor harus melewati beberapa tahap. Syaratnya pun tidak mudah.
Calon pendonor harus melalui pengecekan darah lengkap, filter antibody plasma, tinggi badan, leukosit, trombosit, dan harus lolos uji sharing untuk penyakit sesksual.
Kendati alat ini bisa digunakan untuk donor plasma biasa, Tyas menegaskan saat ini difokuskan untuk penanganan pasien Covid-19.
Cara kerja alat terapi Apheresis dengan daya 1.000 Watt dengan cara mengambil plasma konvalesen yang mengandung antibodi Covid-19 dari pasien yang sudah sembuh sebelumnya.
Kemudian didonorkan ke pasien Covid-19 agar dapat membantu pasien melawan virus tersebut. (Yud/DT)
Discussion about this post