Dialektis.co – Kabar mengejutkan datang dari salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bontang Selatan. Seorang guru berinisal T, dikabarkan kerap melakukan tindak kekerasan kepada siswanya.
Parahnya, guna membenarkan tindakan arogannya. Oknum guru itu disebut-sebut kerap menjual nama kepala daerah. Sehingga, orang di sekitarnya memilih bungkam.
Dikonfirmasi mengenai hal itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang, Saparuddin membenarkan adanya laporan dugaan kekerasan tersebut dan sudah dalam penanganan pihaknya.
“Sebetulnya sudah kami tangani seminggu yang lalu. Tetapi tiba-tiba muncul seperti ini,” ujar Saparuddin saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (28/8).
Terkait tudingan oknum guru T yang sulit tersentuh meski disebut kerap berperangai buruk. Pasalnya, kasus kekrasan serupa bukan kali pertama terjadi.
Saparuddin hanya menolak jika kedekatan dengan petinggi dijadikan alasan.
“Kalau dia mengaku dekat dengan pejabat Disdik, semua guru juga kenal sama pejabat Disdik,” tegasnya.
Terpisah, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni membantah menjadi pelindung oknum guru tersebut. Walaupun ia mengaku mengenal guru tersebut.
“Tidak ada yang begitu (beking). Tidak ada sama sekali. Saya hanya tidak ingin informasi itu sepihak-sepihak. Dan merugikan orang lain,”
Ia pun berharap, masalah ini mesti buka seterang-terangnya. Karena ini menyangkut kualitas pendidikan di Kota Bontang.
“Saya sudah hubungin pak Saparuddin (Plt Kadisdikbud), agar ini ditangani,” ujarnya.
Jika memang benar, informasi yang tersiar. Oknum guru itu akan diproses minimal dipindahkan dari sekolah tersebut.
“Dimutasi saja kalau bermasalah,” pungkasnya.
Sebelumnya diwartakan, kasus ini terungkap setelah orang tua siswa berinisial SC berani buka suara.
Kepada wartawan, SC menerangkan dugaan kekerasan ini terjadi pada Kamis (21/8/2025) lalu. Saat itu sekolah menyelenggarakan lomba memperingati HUT Republik Indonesia ke 80.
Namun menjelang jam pulang sekolah, korban keluar dari ruang kelas dengan kondisi menangis. Mengeluh, sakit pada bagian dada atas.
“Anak saya cerita katanya ditonjok di bagian dada kirinya,” Kamis (28/8/2025).
Entah apa yang menjadi masalah hingga, terduga melalukan kekerasan.
SC mengaku saat itu sudah meminta penjelasan kepada yang bersangkutan. Namun yang didapatkan kata-kata kasar.
“Saya malah dituduh memfitnah,” terangnya.
Bahkan oknum guru ini mengancam balik SC, dilaporkan ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.
Setelah kasus tersebut, anak SC enggan masuk sekolah karena trauma.
Dirinya pun meminta sekolah turun tangan menengahi masalah itu.
Jumat, Komite dan pengawas sekolah memanggil SC untuk dimediasi. Namun tidak ada hasil, oknum guru tersebut berkeras tidak melakukan yang dituduhkan.
Hasilnya dari mediasi itu, korban diminta untuk tidak masuk sekolah sementara waktu hingga ada titik terang yang bisa diputuskan.
“6 hari anak saya ini tidak sekolah. Kenapa kami yang dirugikan,” ungkapnya.
Disisi lain, SC juga dipaksa keluar dari Grup Whatsapp Paguyuban Kelas, atas desakan guru tersebut.
“Ketua Paguyuban ditekan. Saya sampai dikeluarkan dari grup Whatsapp. Banyak bukti tangkapan layar grup dan pesan dari orang-orang yang diintimidasi,” bebernya. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1kemudian join.








Discussion about this post