Dialektis.co – Yansen, Guru Seni Budaya SMPN 2 Bontang tampil memukau di ajang Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) se-Kalimantan Timur yang digelar di Kota Balikpapan.
Membawakan tari kreasi ‘Ulen eng Ipun’, Yansen sukses raih juara 3. Pada ajang ini, karyanya menjadi salah satu sajian yang paling menyita perhatian. Karena sarat makna dan mengangkat filosofi kehidupan masyarakat Dayak.
Tarian Ulen eng Ipun sendiri memiliki arti “manusia dan alam”. Yansen menjelaskan, tarian ini terinspirasi dari keseharian masyarakat Dayak yang hidup berdampingan dengan alam sebagai sumber kehidupan.
Dari hutan, sungai, hingga ladang, hubungan harmonis antara manusia dan alam menjadi pondasi keseimbangan hidup.
“Tarian ini bukan sekadar gerakan mendayung atau mencari kayu. Ia adalah doa, warisan leluhur, suara manusia dan alam yang menyatu,” kata Yansen kepada media ini, Kamis (20/11/2025).
Menurutnya, setiap liukan tubuh dalam tarian tersebut menggambarkan aktivitas yang selalu dilakukan masyarakat Dayak dalam kehidupan sehari-hari.
Gerak itu menghadirkan pesan bahwa alam bukan hanya tempat tinggal, tetapi sahabat kehidupan yang harus dijaga.
Filosofi tersebut diwujudkan melalui komposisi gerak yang lembut namun penuh energi, menggambarkan keselarasan antara manusia dan lingkungannya.
Tidak hanya tarian, unsur musik yang digunakan juga memperkuat karakter Ulen eng Ipun.
Yansen menyebut, musik pengiring berjudul Orang Ulu dirancang khusus untuk mempertegas nuansa budaya Dayak.
Musik itu menonjolkan ritme khas pedalaman, menghadirkan suasana sungai, hutan, dan keceriaan masyarakat Dayak dalam kesehariannya.
Dalam bagian akhir pertunjukan atau Part 4, tarian dipadukan dengan vokal bernuansa gembira. Syair “Lahhh… Lahhh… Lahhh…” menjadi pembuka ekspresi anak-anak Dayak yang ceria.
Lirik tersebut kemudian disusul dengan pesan tentang kebanggaan sebagai generasi penerus yang menjaga tradisi. “Ini dite amiq, anak-anak ira tu e murip… Amiq kini bangen tawai,” bunyi penggalan lirik yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Kenyah.
Yansen bilang, penggunaan vokal tersebut merupakan hasil inspirasi yang ia dan tim kembangkan agar pesan tarian tersampaikan secara utuh.
Lewat perpaduan gerak dan lagu itu, penonton diajak memahami bahwa kegembiraan dalam budaya Dayak adalah simbol keharmonisan hidup bersama alam.
“Kami ingin generasi muda bangga dan semakin mencintai budaya leluhur,” ucapnya.
Ia menegaskan, keberhasilan meraih juara bukan hanya tentang prestasi, melainkan usaha memperkenalkan kekayaan budaya lokal di panggung yang lebih luas.
Yansen berharap, pencapaian ini memotivasi siswa SMPN 2 Bontang untuk terus berkarya dan menjaga warisan budaya yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Tarian Ulen eng Ipun menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya mencetak tenaga pendidik yang cerdas akademis, tetapi juga mampu melestarikan nilai-nilai budaya lokal melalui karya seni yang bermakna. (Adv/Mira).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join.







Discussion about this post