DIALEKTIS.CO – Di atas altar merah, peci asal kupang menutup rapi rambutnya yang memutih.
Tak kurang 2 jam suaranya nyaring, penuh semangat berbagi pengetahuan dengan 19 wartawan peserta Uji Kompetensi (UKW) yang digelar lembaga penguji Bisnis Indonesia di wilayah Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Menariknya, siang itu, Jumat (4/8/2023) pakar komunikasi nasional Ahmad Djauhar yang juga sebagai salah satu penguji tidak sekedar menguji.
Ia seolah memberi diklat, menyeret kesadaran para jurnalis untuk bekerja secara profesional dan melek terhadap perkembangan teknologi komunikasi di dunia.
Terangnya, laju perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dewasa ini justru menimbulkan kecemasan terjadinya bahaya dehumanisasi manusia.
Menurut Djauhar -sapaan akrab pria yang juga dikenal sebagai jurnalis senior itu, kekhawatiran teknologi akan menurunkan derajat perikemanusiaan perlu diantisipasi. Namun tidak boleh berlebihan.
Salah satu cara yang harus dilakukan ialah dengan kembali ke basics komunikasi, seperti menumbuhkan rasa empati kemanusiaan dalam berkomunikasi. Serta mencari inovasi baru untuk mengisi, bagaimana teknologi berguna bagi manusia dan justru mengangkat harkat dan derajat manusia.
“Ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Wartawan harus ikut mengedukasi masyarakat,” imbaunya, menekankan.
Dengan suara yang konsisten membakar semangat. Alumnus Wakil Ketua Dewan Pers itu mengingatkan pola komunikasi manusia penting untuk terus diamati.
Dicontohkannya, salah satu orang terkaya di Dunia, Elon Musk tengah melakukan serangkaian riset untuk menanamkan chips di otak manusia, sebagai alat komunikasi.
Arah komunikasi yang diciptakan, mengarah untuk meninggalkan Handphone. Berubah seperti komunikasi telepati berbasis teknologi.
Pentingnya Jurnalisme Profesional
Lebih jauh, Djauhar berpandangan saat ini peran pers tidak akan tergantikan oleh teknologi kecerdasan buatan, seperti ChatGPT. Selama pers mampu menjaga kerja-kerja profesionalisme jurnalistik.
“Pers sangat penting. Sumber keterbukaan informasi antar manusia tidak dapat tergantikan oleh mesin,” jelasnya sambil tersenyum.
ChatGPT sendiri adalah perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan yang dapat menjawab setiap pertanyaan, hingga membuat tulisan. Namun, baginya teknologi tetaplah alat yang tidak punya free will, berbeda dengan manusia yang memiliki perasaan atau rasa kemanusiaan.
Baginya wartawan dapat dengan mudah menggali informasi dari narasumber dengan lebih objektif. Sebab memiliki keterhubungan secara langsung sebagai manusia.
Namun begitu ia kembali berulang mengingatkan pentingnya wartawan untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan menjalankan profesi secara profesional. (Yud/DT).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan klik link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join. Agar lebih mudah install aplikasi telegram dulu di ponsel Anda.
Discussion about this post