DIALEKTIS.CO – Proyek renovasi jembatan Kampung Nelayan Selambai, Kota Bontang diragukan selesai tepat waktu pada akhir November mendatang.
Pasalnya, progres pengerjaan proyek senilai Rp 13,6 miliar dari program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh tersebut masih jauh dari target.
“Ia Pak, harusnya paling tidak telah mencapai 19 persen. Tapi ini baru sekira 6 persen atau masih minus 13 persen,” kata Edy Nasrudin, perwakilan konsultan supervisi CV. Wawinta saat menerima kunjungan Komisi III DPRD Bontang, Kamis (2/9/2021).
Terangya, pihaknya telah menegur kontraktor pelaksana untuk mempercepat progress pengerjaan.
Kata dia, dua catatan yang harus segera dibenahi kontraktor yakni menambah jumlah pekerja dan mengatasi pasokan material kayu ulin agar lebih cepat.
“Suplai kayu ulinnya yang memang terlihat lambat,” terangnya.
Sementara sejumlah anggota DPRD Bontang meminta progress pengerjaan dapat cepat ditingkatkan mengingat pendeknya batas waktu pengerjaan.
Bahkan, Faisal menilai kinerja kontraktor pelaksana sangat buruk. Sebutnya, dari penetapan pemenang pertengah Juli, proyek baru berjalan di Agustus 2021. Ditambah lagi aduan terkait kecilnya upah pekerja yang diberikan.
Di lokasi yang sama, Abdul Malik juga menekankan komitmen kontraktor untuk mengejar ketertinggalan progres proyek.
Ustadz Malik –sapaan akrabnya, menegaskan proyek ini didanai oleh APBN, jadi jika terjadi keterlambatan maka akan berpengaruh besar terhadap penilaian Pusat terhadap kinerja pemerintah Daerah.
“Harus serius, kalau tidak selesai Bontang nanti jadi lebih sulit untuk mendapatkan bantuan dana lagi dari pusat lagi,” tegasnya.
Sementara, Nurdian perwakilan kontraktor PT Muriefick Gemilang Putra dan PT Devi Farhana Mandiri mengakui adanya keterlambatan progres. Namun begitu ia meyakinkan penyelesaian proyek akan rampung tepat waktu.
Kata dia, pihaknya telah keliling mencari material kayu ulin dengan ukuran 10 x 10 cm sesuai spesifikasi pekerjaan. Hal ini yang menjadi kendala utama. Namun, ia menyatakan suplai material akan mulai teratasi usai bekerjasama dengan sejumlah pihak.
“Puluhan kubik ulin kami ditolak, karena tidak sesuai spesifikasi. Jumlah pekerja akan langsung kami tingkatkan. Kemarin memang belum ditambah karena menyesuaikan jumlah material, optimis selesai tepat waktu. Proyek akan dikebut,” pungkasnya. (Yud/DT).
Discussion about this post