BONTANG – Dalam waktu dekat ini, Kota Bontang, Kalimantan Timur akan siap menyediakan terapi plasma darah atau plasma konvalesen yang digunakan untuk pengobatan pasien Covid-19. Hal itu menyusul alat Terapi Apheresis yang dipesan telah tiba di Kantor PMI Bontang.
Menariknya, Bontang disebut menjadi Kota ke-4 di Indonesia yang telah mendatangkan alat tipe keluaran terbaru seharga Rp 1,5 miliar tersebut. Tiga diantaranya di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Pusat di Tangerang, Banjarmasin, dan Makassar.
“Alat aperesis sudah stand by di Markas PMI. Mobil PCR Inshaa Allah Senin target sudah tiba di Bontang,” tulis Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni dalam group WA FJB Relasi, Jumat (25/12).
Kata Neni, nantinya alat ini juga bisa digunakan pada kasus demam berdarah alat Apheresis bisa mengambil plasma donor biasa. Namun begitu, saat ini alat akan difokuskan pada penanganan pasien Covid-19.
Diketahui, cara kerja alat terapi Apheresis dengan daya 1.000 Watt dengan cara mengambil plasma konvalesen yang mengandung antibodi Covid-19 dari pasien yang sudah sembuh sebelumnya. Kemudian didonorkan ke pasien Covid-19 agar dapat membantu pasien melawan virus tersebut.
“Untuk pasien Covid, harus dari plasma orang yang sembuh dari Covid. Kita sudah punya 1.439 pasien yang sembuh Covid-19, ini bisa diambil plasmanya untuk terapi plasma konvalesen,” ungkapnya.
Namu begitu, tidak semua pasien sembuh Covid-19 langsung dapat menjadi pendonor. Syaratnya, telah sembuh selama 2 minggu dan sudah 2 kali melakukan tes swab PCR dan dinyatakan negatif, trombosit di atas 160, tekanan darah 110/70, dan dalam kondisi sehat.
“Alat ini untuk ambil plasma jumlah nya bisa 250 cc. Kalau pakai yang konvesional diambil darah donor bercampur plasma paling banyak dari 250 cc darah transfusi hanya 5 cc plasma. Sementara terapi plasma konvalesen yang diambil dari donor adalah plasma bukan darahnya,”
“Plasma dari darah yang di transfusikan, bukan darahnya. Alat Apheresis yang bisa mengambil plasma murni tanpa darah dari donor untuk resipien,” jelasnya Neni.
Terpisah teknisi pengoperasian terapi Apheresis, UTD PMI Bontang Tyas menyatakan penggunaan alat ini harus hati-hati. Selain harganya yang mahal, penggunaan alat ini juga harus dengan pendampingan yang tepat.
Kata dia, satu kali terapi menggunakan satu 1 alat staterkit apheresis harganya mencapai Rp 3,5 juta dengan waktu donor cukup lama, yakni sekitar 1 jam.
“Jadi kalau pendonor itu kelelahan atau pingsan, terapinya gagal, harga Rp 3,5 juta stater kit itu jadi hangus, karena cuman dipakai sekali,” terangnya. (Yud/DT).
Discussion about this post