DIALEKTIS.CO – Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan setelah lebih dari 50 tahun rule based multilateralisme dan globalisasi menjadi fondasi tatanan ekonomi dunia, kini unilateralisme menjadi 𝘳𝘶𝘭𝘦 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘨𝘢𝘮𝘦.
Perang dagang melalui kenaikan tarif diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara yang dulu adalah sekutu: Canada, Eropa, Mexico dan juga terhadap RRT, menimbulkan reaksi retaliasi dan resiprokalitas.
“Setiap negara harus bekerja keras melindungi kedaulatan dan kepentingan masing-masing – tidak terkecuali Indonesia,” ujarnya, Jumat (14/3/2025).
Kata dia, di tengah eskalasi perang dagang dan ekonomi dan menghangatnya ancaman perang di berbagai negara, ekonomi Indonesia masih mampu bertahan positif.
Sri mengklaim, pertumbuhan ekonomi 2024 masih di atas 5%, inflasi rendah dan Neraca Pembayaran 2024 surplus US $ 7,2 milyar, naik 14,2% dari tahun sebelumnya.
Posisi Keseimbangan tetap baik dengan surplus Neraca Perdagangan Januari 2025 naik 78% (US$ 1,5 milyar ) dibanding tahun 2024 hingga mencapai US$ 3,5 milyar.
Postur #APBNKiTa hingga akhir Februari 2025:
– 𝙋𝙚𝙣𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙉𝙚𝙜𝙖𝙧𝙖 Rp316,9 T (10,5% target)
– 𝘽𝙚𝙡𝙖𝙣𝙟𝙖 𝙉𝙚𝙜𝙖𝙧𝙖 Rp348,1 T (9,6% pagu)
– 𝙎𝙪𝙧𝙥𝙡𝙪𝙨 𝙆𝙚𝙨𝙚𝙞𝙢𝙗𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙋𝙧𝙞𝙢𝙚𝙧 Rp48,1 T
Jelasnya, noderasi harga komoditas memang membuat penerimaan negara mengalami perlambatan, namun berbagai inisiatif strategis dan perbaikan administratif terus dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan penerimaan negara.
“Belanja negara tetap 𝘰𝘯 𝘵𝘳𝘢𝘤𝘬, dengan efisiensi, namun tetap menjaga belanja bantuan sosial dan kepentingan serta kebutuhan rakyat,” paparnya dalam rilis resmi.
APBN tetap agile sebagai instrumen penting untuk menjaga kinerja ekonomi serta mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join.
Discussion about this post