DIALEKTIS.CO – Guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 ciptakan lara, ketidakpastian, memberi tekanan yang cukup berat bagi pelaku usaha.
Di tengah keterbatasan itu, sebagian UMKM justru melihat adanya peluang dan mampu mengoptimalkannya. Sikap adaptif, terbuka atas masukan, dan optimisme jadi kunci agar mampu melalui krisis dengan baik.
Di awal pandemi, usaha batik ecoprint yang ditekuni ibu-ibu rumah tangga RT 01 Kelurahan Guntung, Kota Bontang, yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Matahari binaan Sub Holding Gas Pertamina, PT Pertamina Gas (Pertagas) sejak tahun 2018 itu terguncang.
Dihentikannya pameran offline, tutupnya sejumlah gerai restoran dan hotel membuat terhentinya akses pasar. Mereka pun banting setir, menjajakan hasil produksinya secara online.
Bertarung di pasar e-commerce menjadi tatangan tersendiri bagi kelompok usaha yang berisi ibu-ibu berusia 35-55 tahun itu. Branding produk menjadi pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan dengan cepat.
Baca juga: Daon Jajar Ecoprint, Batik Istimewa dari Guntung Binaan PT. Pertagas
Menyadari hal itu, tak hanya memperkuat manajemen usaha, PT. Pertagas memacu daya saing mitra binaanya itu untuk bertransformasi ke dunia digital. Dengan kolaborasi bersama platform e-commerce Shopee, Bukalapak dan branding di sosial media Instagram.
Kini, mereka berhasil memanfaatkan teknologi digital dengan baik. Bahkan salah satu produk mereka yakni masker batik Daon Jajar Ecoprint disebut menjadi salah satu item fesyen favorit kaum urban saat pandemi.
Tak hanya masker, produk jadi mereka seperti outer, jilbab, mukenah, tas, baju, hingga jaket turut mengalami kenaikan penjualan.
“80 persen lebih penjualan kami sekarang dari promosi online, yang paling laris ya masker batik,” ujar Ketua Kelompok Perempuan Matahari, Maryatun saat ditemui, Kamis (20/10/2021).
Seiring peningkatan omset, Maryatun menyampaikan kini mereka merasa lebih percaya diri untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi batik asli kampung adat Guntung itu.
Diakuinya, dengan peningkatan branding, membuat mereka labih mudah memasarkan produk. Baik secara personal maupun kolektif. Teranyar, pesanan 1.600 masker batik ecoprint dari salah satu instansi lingkungan nasional pun diraih.
Sementara, pelaksana Community Development Officer PT. Pertagas, Uzlifatul Jannah menyatakan perusahaan telah melakukan pembinaan. Mulai dari produksi, manajemen organisasi, pembagian peran dan pengelolaan keuangan.
Pada tahun ketiga dan keempat, pembinaan yang bertepatan dengan pandemi Covid-19, fokus memberi pendampingan pemasaran.
Khusus bantuan sebagai upaya mitigasi menghadapi pandemi, PT. Pertagas telah menggelontorkan Rp 40-50 juta berupa pembelian produk masker untuk bantuan Covid-19, pelatihan, dan pendampingan pemasaran.
“Seperti bisa dilihat di akun Instagram @batikdaonjajar dengan biaya Rp 10 juta kami bekerjasama dengan Suka Visual Studio, salah satu agensi untuk branding produk mereka,” ungkapnya.
Selain itu, kerjasama dengan Bukalapak juga telah dilakukan. Setelah sebelumnya menggelar kelas online UMKM pada 2020. Serta kerjasama dengan Shopee dan CSR Badak LNG untuk pendampingan pemasaran online.
Jannah pun berharap seiring peningkatan branding yang dilakukan, peningkatan kualiatas dan kuantitas produksi terus terjadi. Sehingga kelompok binaan yang mandiri dan berdaya saing, sebagai tonggak pemulihan ekonomi masyarakat, dapat terwujud.
Diketahui, ecoprint merupakan tehnik mewarnai kain secara alami dengan menjiplak dedaunan dan kemudian direbus mirip seperti proses pembuatan batik, maka sering disebut batik ecoprint.
Amatan media ini motif yang dihasilkan dengan sistem ecoprint oleh kelompok binaan PT Pertagas ini tampak lebih kontemporer dibanding batik gambar maupun cetak yang banyak di pasaran.
Di lain sisi busana batik ecoprint mulai digemari sebab dinilai menjadi salah satu gaya hudup yang ramah lingkungan, sebab menggunakan zat pewarna alam yang berasal dari sejumlah tanaman di sekitar pemukiman. (Yud).
Discussion about this post