SAMARINDA – Sebanyak 21 narapidana (Napi) Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIA Samarinda, mengikuti ujian semester ganjil Paket C, di Aula Rutan Samarinda, Senin (23/11).
Ujian penyetaraan yang digelar sejak 23 hingga 27 November mendatang tersebut pun mendapat atensi langsung dari Kepala Rutan Samarinda, Alanta Imanuel Ketaren.
Alanta Imanuel menyatakan pendidikan non formal atau paket penyetaraan bagi warga binaan merupakan bentuk komitmen Rutan Samarinda, untuk memberikan akses pendidikan kepada warga binaan meski mereka menjalani masa hukuman di rumah tahanan.
Kata dia, tahun ini sebanyak 46 narapidana binaan mengikuti pendidikan non-formal. Selain 21 napi yang tengah ujian Paket C, juga terdapat 17 napi yang tengah mengikuti pendidikan non formal Paket B, dan 8 orang warga binaan yang mengikuti paket A.
Tahun lalu Rutan Samarinda juga telah berhasil menghantarkan 20 warga binaan meraih ijazah pendidikan non-formal. Terangnya, mestinya ada 39 warga binaan yang bisa ikuti proses belajar hingga lulus, namun 19 orang di antaranya ada yang bebas dan mutasi.
Lebih lanjut, diakui Alanta, dominan peserta pendidikan non-formal di rutan didominasi narapidana dengan kasus penyalahgunaan narkoba yang putus sekolah.
“Saya jelas berharap, melalui pendidikan non formal ini. Dapat mendongkrak perubahan sikap dan akal budi warga binaan saya,” ujar Alanta.
Ditambahkan Kasubsi Pelayanan Tahanan Muhammad Miftahuddin, pendidikan non formal yang digelar Rutan Samarinda ini hasil kerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mahakam Jaya.
Jelasnya, pendaftaran pendidikan non formal ini di buka 1 kali setiap tahun. Proses belajar mengajar setiap paket memakan waktu 9 bulan. Di mulai dari Juli hingga April.
Sementara, Nadito Nadi salah satu warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti ujian paket C menyatakan pendidikan seperti yang ia ikuti ini sangat berarti baginya.
Dito sapaan akrab WBP Rutan Samarinda ini pun berbagi cerita, bahwa ia putus sekolah sejak kelas 2 SMK. Putus sekolah terjadi karna ia terjerumus dunia gelap narkoba.
“Saya menyesal karna semasa sekolah dulu saya bergaul dengan cara yang salah, hingga terjerumus dunia narkoba yang akhir nya buat saya dipenjara seperti sekarang,” ujar Dito.
Kata Dito, pendidikan non-formal yang disediakan rutan ini sangat berpengaruh banyak terhadapnya. Tentunya akan menjadi bekal baik guna kebebasannya kelak. (Red/Yud).
Discussion about this post