PERPANJANGAN masa belajar siswa di rumah mulai dikeluhkan beberapa orang tua. Bagi sejumlah orang tua, dalih untuk mencegah dan memutus penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan tersebut dirasa sangat tidak adil.
“Bisa dicek yang selalu bicara bahaya jika anak masuk sekolah, justru mereka yang suka nongkrong di Cafe,” gumam salah satu orang tua siswa di daerah Loktuan, Kota Bontang, Rabu (22/7).
Menurutnya, sekolah yang menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan jumlah siswa yang masuk setiap harinya jauh lebih aman ketimbang aktivitas komersil di sejumlah Pasar dan Cafe yang jelas-jelas tidak menerapkan standar kesehatan.
Bagi dia, dilain sisi diperpanjangnya masa Belajar Jarak Jauh (BJJ) ini juga akan menambah beban Guru. Ada beban dan tanggung jawab berat yang dijalani. Jangan meremehkan dengan menilainya, punya banyak waktu bersantai.
Baca juga: Tunggu KLB Dicabut, Diknas Persiapkan Masa Transisi
BJJ jauh lebih sulit dibanding bertatap muka langsung di sekolah, mereka jadi tak mengenal waktu. Selain itu, banyak hal teknis lain seperti orang tua yang gagap teknologi, tak punya gawai atau bahkan kuota untuk proses belajar-mengajar via daring.
Di masa seperti ini memang peran aktif orang tua menjadi kunci. Namun mesti diingat yang pantas mendapat reward disaat seperti ini adalah Guru, utamanya mereka yang telah mengabdikan diri dengan penuh tanggung jawab.
Lebih jauh, melebar sedikit dari kaca mata ekonomi. Menurutnya, seluruh perusahaan jaringan seluler di Indonesia lah yang sangat diuntungkan saat perpanjangan belajar di rumah saja ini terus dilakukan.
Borosnya kuota internet, serta sejumlah orang tua terpaksa harus membeli Handphone Android demi kebutuhan anaknya. Tentu menjadi persoalan tersendiri yang terjadi tanpa dapat dipungkiri.
Ia merinci dalam hitungan sederhana, Rp100.000 x 30.000.000,- Manusia yang bergerak di dunia pendidikan dengan pemakaian kenaikan kuoata internet, selama Situasi Darurat Nasional, PSBB, New Normal hingga sekarang sudah Adaptasi Kebiasaan Baru.
Baca juga: Ditanya Kapan Gaji 13 Cair, Kemenkeu Minta Maaf
“Bayangkan berapa banyak dana beredar di industri dunia maya itu,” terangnya.
Opsi untuk mensubsidi kebutuhan paket internet siswa pun, dinilai tak ubahnya memindahkan keuntungan yang didapat dari kantong Rakyat ke kantong Negara.
Baginya, sudah saatnya pemangku kebijakan mencari jalan keluar dari persoalan mendasar untuk mencerdaskan anak bangsa ini. Mulai membuka sekolah dengan menerapkan stantar kesehatan yang ketat, cuci tangan dan jaga jarak, serta pembatasan siswa setiap kelas per hari yang diberlakukan secara bergiliran (sepekan sekali) pun patut dicoba.
Hal ini penting agara upaya transformasi ilmu di sekolah tetap terjadi selama pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru diberlakukan. Orang tua pun tidak lepas tangan, disaat anak belum kena jadwal masuk kelas. Tugas merekalah memaksimalkan mendampingi belajar di rumah. (Yud/DT).
Discussion about this post