DIALEKTIS.CO – Aksi perampokan pada Minggu (8/8/2021) malam di salah satu minimarket di Suradita, Cisauk, Tanggerang mendadak viral.
Menariknya kasus ini menyedot perhatian bukan lantaran aksi bengis, namun justru karena iba dengan kondisi ekonomi si pelaku.
Saat di ringkus tidak jauh dari lokasi, dari tangan pelaku Supriatna (26) Polisi menyita uang hasil kejahatan menggasak laci minimarket senilai Rp 2,7 juta.
Supri mengaku baru pertama kali melakukan aksi nekat itu. Ia terpaksa merampok untuk memenuhi kebutuhan keluarga di rumah.
Untuk membuktikan pengakuannya, polisi lalu mendatangi kediaman pelaku. Benar saja, polisi merasa iba setelah melihat kondisi keluarga yang tempat tinggal dan kehidupannya jauh dari kata layak.
Bantuan paket sembako pun diberikan. Sedangkan pelaku tetap menjalani penahanan di Mapolsek Cisauk.
“Kita tetap berempati terhadap keluarganya. Atas perintah Pak Kapolsek kita sudah salurkan bantuan. Kalau tersangka tetap kita tahan,” ujar Kanitreskrim Polsek Cisauk, Iptu Margana, dikutip dari sindownews, Kamis (12/08/21).
Sebelumnya, dalam melakukan aksinya pelaku datang seorang diri. Saat itu situasi di dalam minimarket sepi dan tidak ada pengunjung lain, hanya ada 2 pegawai.
Pelaku langsung menghampiri seorang kasir perempuan berinisial M (30). Seraya menodongkan pisau sangkur, pelaku membentak M untuk segera membuka laci kasir dan mengumpulkan seluruh uang di dalamnya.
Mengetahui ada perampokan itu, pegawai minimarket lainnya berinisial W (25) memilih bersembunyi. Barulah setelah pelaku kabur, kedua pegawai meminta bantuan kepada warga dan sekuriti di sekitar lokasi.
“Tersangka berhasil kita ringkus di perjalanan pelarian, masih di wilayah Cisauk,” ucapnya.
Terpisah, keluarga dan teman-teman pelaku mengaku kaget saat mengetahui kejadian itu. Pasalnya, Supri dikenal pendiam dan tak pernah membuat keonaran sejak kecil.
“Dari kecil anaknya lurus-lurus aja, pendiam banget dan nggak pernah buat masalah. Makanya kita kaget, teman-temannya juga pada bingung kenapa bisa berbuat itu,” ujar Abdul Rosyid (31), kakak pelaku.
Supri tinggal bersama orang tua, kakak dan seorang adiknya di rumah warisan peninggalan sang nenek. Rumahnya tampak sederhana, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya.
“Ini peninggalan dari orang tua ibu. Kita tempati terus di sini,” ucapnya.
Setelah Supri menganggur praktis tulang punggung ekonomi keluarga hanya ditanggung seorang diri oleh Abdul Rosid. Dia bekerja di salah satu apartemen di kawasan Cikokol. Sebagai seorang kakak, Rosyid seringkali membantu kebutuhan Supri.
“Kasihan juga lihatnya, nganggur udah lama. Mau beli rokok, beli bensin, kadang saya kasih. Kalau dia mah nggak pernah mau ngomong, kondisinya mau gimana aja dia diem orangnya. Mungkin karena nggak enak lihat kondisi keluarga nggak bisa bantu. Ibarat situasi sekarang kan semua pada susah, bisa ketemu nasi aja udah syukur,” tutur Rosyid.
Menurut dugaannya, Supri bisa saja merasa tertekan karena lama menganggur. Di satu sisi kondisi orang tuanya sudah renta tak berdaya untuk mencari nafkah. (*)