Dialektis.co – Kondisi otak seseorang dapat sangat dipengaruhi oleh seberapa sering otak tersebut digunakan dalam aktivitas berpikir, seperti membaca. Proses pengerutan otak bisa terjadi baik pada usia tua maupun muda, tergantung pada kebiasaan penggunaannya.
Endang Sri Wulandari, Dokter Fungsional Spesialis Radiologi di RSUD Taman Husada Bontang, menjelaskan, otak yang jarang digunakan, terutama pada mereka yang kurang membaca, dapat mengalami proses pengerutan lebih cepat dibanding otak yang aktif.
“Otak yang jarang dipakai, misalnya jarang belajar atau membaca, akan lebih cepat mengkerut. Pada beberapa pasien muda yang saya temui, kondisi otaknya sudah seperti usia 65 tahun,” jelasnya saat dikonfirmasi, Jumat (18/10/2024).
Menurutnya, otak yang sering digunakan, terutama dalam kegiatan membaca atau berpikir aktif, memiliki tampilan yang lebih “penuh” dan tidak mudah mengalami pengerutan.
“Kalau otaknya masih penuh, artinya sering dipakai. Namun, kalau sudah mengkerut, itu bisa jadi karena otaknya jarang digunakan,” sebutnya.
Hal tersebut juga dapat diamati pada pasien-pasien usia lanjut. Endang menunjukkan perbedaan kondisi otak antara lansia yang tetap aktif membaca dan lansia yang tidak.
Pasien yang usianya 56 tahun bisa saja memiliki kondisi otak yang lebih baik dibandingkan dengan yang lebih muda tetapi jarang menggunakan otaknya. Ini sangat bergantung pada kebiasaan mereka selama hidup.
“Kalau jarang digunakan, otak cepat mengkerut, dan itu bisa mempengaruhi ingatan serta kemampuan berpikir seseorang,” jelasnya.
Pengerutan otak sendiri sering kali menjadi pertanda awal dari penurunan fungsi otak, seperti demensia atau penyakit Alzheimer.
Kata dia, kebiasaan membaca atau melakukan aktivitas yang merangsang otak dapat menunda atau bahkan mencegah terjadinya kondisi ini.
Pun Endang juga menambahkan, kondisi otak yang mengkerut bisa memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
“Jika otak sudah mulai mengkerut, kita akan lebih sulit mengingat sesuatu, bahkan bisa mudah lupa. Hal ini sering terjadi pada orang tua yang tidak aktif menggunakan otaknya,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika otak yang terus digunakan akan tetap fleksibel dan mampu beradaptasi dengan baik.
Sebaliknya, otak yang tidak aktif akan mengalami penurunan fungsi lebih cepat. Sama seperti otot, apabila otot sering digunakan, akan lebih fleksibel.
“Kalau jarang digunakan, akan kaku dan sulit berfungsi dengan baik,” ucapnya.
Efek dari otak yang tidak aktif bisa sangat signifikan, terutama bagi mereka yang masih muda.
Endang menekankan bahwa penting bagi generasi muda untuk terus mengasah kemampuan berpikirnya melalui kebiasaan membaca agar daya otak tetap optimal.
Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat, baik tua maupun muda, menjaga kebiasaan menggunakan otak dengan baik.
“Rajin membaca, berpikir, dan melakukan aktivitas yang merangsang otak sangat penting agar otak tetap sehat. Jangan biarkan otak kita mengkerut seperti lansia karena malas menggunakannya,” imbaunya.
Ia berharap, dengan memahami pentingnya kebiasaan membaca dan berpikir aktif, masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan otak sejak dini.
Aktivitas yang merangsang otak tidak hanya penting bagi lansia, tetapi juga bagi generasi muda yang ingin menjaga fungsi otaknya tetap optimal. (adv).
Penulis : Mira
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg kemudian join.
Discussion about this post