DIALEKTIS.CO – Kisah istimewa kali ini datang dari Masjid Jogokariyan yang berada di kampung Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta.
Tempat ibadah umat Islam ini memiliki konsep yang berbeda dengan Masjid kebanyakan di Indonesia. Sejumlah catatan istimewanya didapat redaksi dialektis.co, dari postingan akun facebook Diko.
Diko mengunggah foto suasana Masjid Jogokariyan disertai tulisan Masjid saldo Rp 0, sandal hilang diganti baru pada salah satu fotonya.
Diko menyebut Masjid ini fenomenal, sebab saat banyak Masjid lain mengumumkan bahwa saldo infaknya puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Masjid Jogokariyan selalu berupaya sebaliknya, yakni saldo infak harus nol rupiah.
“Menurut LKM Masjid, Infak itu ditunggu pahalanya untuk jadi amal sholih, bukan untuk disimpan di rekening Bank,” tulisnya.
Pengumuman infak jutaan juga dihawatirkan akan menyakitkan jika tetangga Masjid ada yang tak bisa ke Rumah Sakit karena tak punya biaya atau tak bisa sekolah.
“Masjid yang menyakiti Jamaah adalah tragedi da’wah, sehingga dengan pengumuman saldo infak nol rupiah, maka jamaah lebih bersemangat mengamanahkan hartanya. Masya Allah,” tulisnya lagi.
Diko juga mengungkap bahwa Masjid ini malah mensejahterakan warganya dengan fasilitas wifi gratis, ruang olah raga untuk anak-anak dan dewasa, buka puasa 5.000 piring nasi setiap hari selama bulan Ramadhan.
Masjid juga sanggup mencover warganya yang sakit dengan membawa Kartu Sehat Mesjid ke Rumah Sakit dan Klinik manapun di Jogja. Termasuk memberi hibah umrah bagi jamaah yang istiqomah shalat subuh di Mesjid.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk,” tuisnya mengutip QS. At-Taubah 18.
Sedikitnya ada 21 point yang dijabarkan Diko dalam postingannya tentang Masjid Jogokariyan tersebut:
- Masjidnya berlokasi di tanah wakaf 700 m2, dengan 3 lantai, dan hanya masjid kampung (bukan masjid jami’).
- Kampung Jogokariyan dulunya bukan basis Muslim yang kuat.
- Takmir mendata statistik kampung sekitar masjid (yang sudah salat/belum, yang salat jamaah ke Masjid/belum, yang Muslim/Non-Muslim, beserta semua anggota keluarganya) untuk pemetaan target dakwah.
- Takmir Masjid berusaha menggembirakan masyarakat dan membuat mereka mau bersujud degan berbagai cara yang syar’i.
- Setelah mereka mau datang ke Masjid, harus dibuat nyaman dan diisi dengan taklim-taklim ringan.
- Takmir tidak boleh memarahi anak-anak yang ramai di Masjid, tapi memberikan hadiah makanan ringan kalau tidak ramai dan mengganggu jamaah di Masjid.
- Yang belum jamaah ke Masjid/belum salat dibuat undangan seperti pernikahan dan disediakan makanan di Masjid saat acara salat jamaah. Makanan ditawarkan pada jamaah yang mau menjadi donatur untuk mentraktir makanan.
- Yang belum bisa salat diajari salat oleh takmir (di masjid atau di rumah)
- Kas Masjid tidak pernah besar, bahkan targetnya adalah 0 (nol) tiap akhir bulan. Karena kas Masjid yg besar tanda takmir tidak bisa mengelola infaq jamaah menjadi pahala yang segera mengalir ke penginfaq.
- Ada sarapan bubur, lontong sayur, susu kedelai, tiap Ahad, ba’da subuh.
- Ada 500 – 1.000 nasi bungkus tiap ba’da jumat (dana swadaya jamaah).
- Ada divisi usaha penyewaan kamar penginapan di lantai 3 Masjid untuk membayar petugas kebersihan dan tambahan operasional Masjid.
- Tidak ada gaji untuk takmir kecuali petugas kebersihan, karena gaji dari Allah tidak ada maksimalnya, sementara gaji manusia ada minimumnya (UMR).
- TPA diajar oleh anak-anak RISMA/RMJ.
- Ada infaq beras (kotak amal khusus beras) untuk disalurkan ke dhuafa’, walaupun sekarang isi kotak infaq beras itu berubah jadi uang, karena jamaah malas bawa beras. Bantuan untuk dhuafa’ ini diambil di Masjid ba’da subuh.
- Masjid buka 24 jam dan ada WiFi gratis 24 jam.
- Taklim untuk jamaah sangat banyak baik siang maupun malam.
- Ada angkringan di depan Masjid (tongkrongan) untuk jamaah ngobrol dan orang-orang mampir istirahat.
- Jika Masjid dikelola dengan benar dan dipercaya jamaah, maka dana-dana infaq dan dari donatur sangat mudah didapat, termasuk untuk donatur makanan dan lainnya.
- Jika kas Masjid banyak justru jamaah malas menyumbang, tapi jika sedikit mereka akan tergerak untuk berinfaq.
- Masjid itu milik Allah (QS AlJin: 18) sehingga rezeki Masjid akan dijamin oleh pemilik Masjid (Allah) dan takmir hanyalah pelayan umat (jamaah).
“Semoga bisa dijadikan contoh untuk para takmir Masjid yang lain. Aamiin,” tutup Diko.
Postingan Diko pun itu sangat menarik perhatian warganet. Terlihat, postingannya telah dibagikan sebanyak 18 ribu kali. Serta ribuan komentar bernada positif.
“Subhanalloh. Sangat jooos patut jadi contoh,” komentar salah satu warganet dengan nama Maju Jaya. (Yud/DT)
Discussion about this post