DIALEKTIS.CO – Kepala Bidang Dikdas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang, Saparudin mengaku hingga Jumat (24/12/2021) belum menerima edaran maupun undangan sosialisasi terkait penerapan kurikulum baru.
Sebelumnya, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dikabarkan menawarkan kurikulum prototipe yang diklaim akan lebih fleksibel.
Kurikulum ini disebut akan lebih fokus pada materi yang esensial. Hal ini dinilai baik, agar guru memiliki waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi.
Di Kaltim, sejumlah daerah seperti Balikpapan, Samarinda telah menerima sosialiasi resmi dan kini tengah mempersiapan diri untuk menerapkannya di semua Sekolah.
“Kami belum menerima sosialisasi resmi bagaimana model penerapannya. Tidak bisa serta merta diterapkan, kalau belum jelas batang tubuhnya,” ujar Saparudin saat dikonfirmasi.
Terangnya hingga kini, Bontang masih menerapkan kurikulum darurat yang muatan sebenarnya merupakan kurikulum 2013 yang dipadatkan.
Namun begitu, Saparudin menyampaikan dirinya merasa yakin jika kurikulum baru 2022 yang ditawarkan oleh Kemendikbud Ristek tersebut lahir sebagai bagian untuk memulihkan kegiatan pembelajaran imbas pandemi Covid-19.
“Kalau saya sih saat ini berasumsi saja, namanya kurikulum prototipe itu adalah kurikulum yang mengikuti perkembangan zaman,” bebernya.
Saparudin meyakinkan secara aturan, pemberlakuan suatu kurikulum berlaku secara nasional.
Sehingga, jika nantinya diterapkan. Bontang akan siap menyesuaikan, tinggal menunggu undangan sosialisasi penerapan teknis kurikulum baru tersebut.
Sebelumnya, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo menjelaskan, pada kurikulum prototipe ini nantinya tidak ada penjurusan, pelajar tingkat atas bisa memilih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
“Misalnya, siswa yang ingin menjadi insinyur akan boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan, tanpa mengambil biologi. Ia boleh mengombinasikan itu dengan mata pelajaran IPS, bahasa, dan kecakapan hidup yang selaras dengan rencana karirnya,” jelas Nino, dilansir Kompas.com.
Tegasnya, kurikulum prototipe ini bersifat opsional. Artinya, hanya akan diterapkan di sekolah-sekolah yang berminat untuk menggunakan kurikulum tersebut sebagai alat untuk melakukan transformasi pembelajaran.
Saat ini, kurikulum prototipe pun telah diujicobakan di 2.500 sekolah yang tergabung dalam Program Sekolah Penggerak.
“Karena sifatnya opsional, kurikulum prototipe tidak disebut sebagai Kurikulum 2022,” kata Nino.
Diketahui, kurikulum prototipe dirancang untuk memberi ruang lebih banyak untuk pengembangan karakter dan komptensi siswa. Dengan demikian, materi yang diberikan akan fokus pada yang paling esensial. (Yud/DT)
Discussion about this post