Lupakan sejenak soal Covid-19. Betapa membahagiakan dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H, dalam keadaan sehat.
Tentu momen spesial ini harus dilewatkan dengan sesuatu yang menyenangkan. Agar suasana makin hangat tak ada salahnya menghadirkan hidangan terbaik untuk memanjakan lidah orang-orang tersayang.
Masih bingung menentukan menu? kali ini dialektis.co tidak sedang ingin berbagi resep, hanya sekedar memutar memori kita tentang beberapa fakta dibalik dua menu dasar yang paling populer saat berlebaran di Kota Bontang, Kalimantan Timur, yakni ketupat dan buras.
Buras, Makanan Khas Saat Kumpul Keluarga
Di negara kita terdapat banyak suku, mulai dari suku Jawa, Sunda, Mamuju, Mandar, Makassar, Kaili, Kutai, Betawi, Bugis dan sejumlah suku-suku lainnya. Dari banyaknya suku itu, tentunya memiliki berbagai makanan khas yang biasa disediakan saat acara-acara besar bersama keluarga.
Buras atau yang sering disebut Burasa. Jika dilihat sepintas, bentuknya sangat mirip dengan kue basah khas Suku Jawa, Lemper. Namun, yang membedakan dua makanan itu dari bahan dasarnya. Buras terbuat dari beras, sedangkan Lemper terbuat dari beberapa bahan dasar seperti ubi, pisang, dan ketan.
Makana khas Sulawesi yang satu ini sangat nikmat disantap bersama campuran makanan lainnya. Seperti kari ayam, daging, dan telur. Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti halnya Ketupat.
Akan tetapi, rasa buras sangat berbeda dengan Ketupat. Karena buras dimasak khusus dengan campuran santan. Sebab itu saat buras dicicipi berasa gurih dan aromanya yang begitu khas. Bahkan tidak hanya beda dirasa, bungkusan ketupat yang berasal dari janur dan pandan juga menjadi pembeda dua makanan berkategori wajib itu.
Ketupat, Sajian Lebaran Sejak Abad ke-15
Untuk menu yang satu ini rasanya tak perlu lagi menjelaskan bentuk, rasa dan cara menyantapnya, sebab masyarakat tentu sudah familiar sekali dengannya.
Betapa tidak, dikutip dari berbagai sumber ketupat sudah ada semenjak zaman dahulu. Bahkan, menurut cerita rakyat ketupat berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga, tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga ke-16.
Ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman. Ketupat disebut sebagai kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda. Kupat memiliki arti ‘ngaku lepat’ atau mengakui kesalahan.
Simbolisasi lain dari ketupat adalah laku papat (empat laku) yang juga melambangkan empat sisi dari ketupat. Pada zaman pra Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan oleh masyarakat zaman itu.
Namun berbeda dengan burasa, ketupat tidak hanya ditemukan di Indonesia. Ketupat bisa ditemukan juga di kawasan Asia Tenggara khususnya negara yang penduduknya ada dari Suku Melayu. Di negara tersebut, mereka juga menjadikan ketupat sebagai salah satu sajian Hari Raya Idul Fitri. (Yudi/DT).
Discussion about this post