Dialektis.co – Komitmen Kota Bontang dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan semakin dilirik dunia. Teranyar, Pemkot melakukan kerja sama strategis dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Pemerintah Provinsi Jeju, Korea Selatan.
Artinya Kota Taman -sebutan lain Bontang, akan menjadi salah satu kota percontohan dalam program hibah pengelolaan sampah berkelanjutan.
Kepastian itu didapat pada saat kunjungan tim survei KOICA Indonesia, para ahli dari Korea, serta perwakilan Pemerintah Provinsi Jeju dan Kementerian Lingkungan Hidup RI, Senin (3/11/2025).
Proyek hibah ini merupakan bagian dari Official Development Assistance (ODA) yang digagas Pemerintah Provinsi Jeju melalui KOICA. Dengan total nilai hibah mencapai USD 9,3 juta atau sekitar Rp155,9 miliar.
Dana tersebut akan digunakan secara transparan dan akuntabel untuk mendukung percepatan visi Bontang Zero Waste 2029.
Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menyampaikan rasa syukurnya. Menurutnya, kehadiran rombongan para ahli lingkungan ini menandai langkah penting dalam memperkuat kerja sama internasional di bidang lingkungan hidup.
“Alhamdulillah, berkat rahmat dan izin Allah. Ini adalah momentum besar bagi Bontang dalam mewujudkan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” ujar Neni dalam sambutannya.
Kata Neni, kunjungan para ahli ini merupakan yang ketiga. Setelah sebelumnya dilakukan pada September 2023 dan Desember 2024. Fokus tim survei tahun ini adalah pra-studi kelayakan dan finalisasi rencana implementasi proyek.
Proyek kerja sama ini nantinya mencakup empat program utama. Meliputi pembangunan 30 Clean House di empat kelurahan, yakni Api-Api, Gunung Elai, Bontang Baru, dan Bontang Lestari.
Kemudian pembangunan fasilitas Waste-to-Energy (Biodigester) di area seluas 1,5 hektare di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontang Lestari.
Ketiga, pembangunan fasilitas pemilahan dan pengemasan daur ulang serta pelatihan dan kampanye edukatif tentang pengelolaan sampah berkelanjutan bagi masyarakat.
“Ini juga akan menjadi model nasional untuk konversi sampah menjadi energi terbarukan. Kontribusi nyata Bontang dalam menekan emisi karbon global,” tuturnya.
Meski begitu, Neni mengakui tantangan pengelolaan sampah masih besar. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2025, Bontang menghasilkan sekitar 39.504 ton sampah per tahun, atau 108 ton per hari.
“Umur TPA Bontang Lestari diperkirakan hanya bertahan tiga hingga empat tahun lagi. Mulai 2030, pemerintah daerah tidak diperbolehkan lagi memperluas atau membangun TPA baru, sehingga pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya,” tegasnya.
Lebih jauh Neni berharap kerja sama ini dapat membawa manfaat besar bagi warga Bontang serta menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
“Kami berterima kasih kepada KOICA, Pemerintah Provinsi Jeju, Kementerian Lingkungan Hidup, dan semua pihak yang telah bekerja bersama. Semoga sinergi ini terus berlanjut dan memberi manfaat, bukan hanya bagi Bontang, tapi juga bagi Indonesia dan dunia,” tutupnya. (*).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Dialektis.co. Caranya dengan bergabung saluran Dialektis.co WhatsApp atau telegram di link https://t.me/+CNJcnW6EXdo5Zjg1 kemudian join.








Discussion about this post