DIALEKTIS.CO – Anggota DPRD Kota Bontang, Bakhtiar Wakkang (BW) meminta Pemerintah Kota (Pemkot) untuk menanggapi serius rencana mogok produksi selama dua hari Persatuan Pengrajin Tahu Tempe (PPTT).
“Penyelesaian kelangkaan bahan (kedelai) bisa mejadi prioritas, operasi pasar bisa menjadi solusi agar pengrajin tahu dan tempe mampu bertahan dalam kondisi yang serba tidak menentu,” ujarnya, Selasa (25/5).
Kata dia, untuk persoalan ini dibenarkan jika Pemerintah Kota melakukan penyesuaian anggaran belanja daerah (refocusing) sepihak atas dalih pemulihan ekonomi.
Baca juga: Soal Produta, Bakhtiar Minta Pimpinan DPRD Jadwalkan Panggil TAPD
Termasuk dari dana Program Dua Ratus Juta (Produta) per RT dialihkan untuk menggelar oprasi pasar kacang kedelai.
Sebab lonjakan harga kedelai sangat berdampak langsung terhadap usaha produsen pangan kaya protein nabati tersebut.
Di sisi lain, Bakhtiar menyatakan tahu dan tempe saat ini sudah menjadi komuditas makanan rakyat. Jika harga jualnya ikut naik, tentu juga akan berdampak luas terhadap konsumen setianya yang tak lain mayoritas masyarakat.
Untuk itu politisi NasDem itu menegaskan pemerintah harus hadir. Memberi solusi, untuk mengatasi gejolak persoalan ekonomi yang terjadi.
Baca juga: Produsen Tahu Tempe di Bontang Ancam Mogok Produksi 27-28 Mei
“Ini bisa dilakukan, gelontorkan anggaran untuk datangkan kedelai. Langkah ini juga akan membuat pusing cukong kedelai. Mojokerto sudah lakukan, tinggal Pemkot Bontang mau tidak,” tegasnya.
Bakhtiar mensinyalir adanya cukong/kartel yang mengambil keuntungan lebih atas lonjakan harga. Oprasi pasar dipercaya akan menekan potensi itu.
Sebelumnya diwartakan, PPTT Kota Bontang mengumumkan akan menghentikan produksi selama dua hari pada 27-28 Mei mendatang.
Aksi ini sebagai bentuk kekesalan mereka atas kenaikan harga kedelai yang terus terjadi. Normalnya harga kedelai di Bontang dibeli pengerajin per/karung isi 50 Kg seharga Rp 360 ribu. Namun, kini harganya sudah menyentuh Rp 580 ribu. (Yud/DT).
Discussion about this post