DINAS Kesehatan melalui RSUD Taman Husada, mempersiapkan ruang cempaka untuk digunakan sebagai tempat penanganan pasien Covid-19. Opsi tersebut akan diambil jika terjadi lonjakan dan ruang isolasi di Poli Covid sudah penuh.
Direktur RSUD Taman Husada, dr I Gusti Made Suhardika, menyatakan antisipasi mengubah fasilitas tersebut dapat saja dilakukan agar tidak terjadi penumpukan pasien di Poli Covid.
“Jadi, kalau membeludak pasien terkonfirmasi, kami siapkan di Ruang Cempaka,” kata Gusti kepada awak media.
Kata dia, ada 10 ruangan yang nantinya dapat dialih fungsikan. Satu ruangan dapat diisi satu tempat tidur. Pasalnya, sebelumnya, ruangan itu merupakan tempat pelayanan pasien rawat inap anak.
“Sebelumnya memang ada satu ruangan yang diisi enam pasien. Tetapi begitu nanti difungsikan untuk merawat pasien Covid-19, satu ruangan hanya satu pasien,” ucapnya.
Proses pembenahan ruangan pun tengah berjalan. Berupa penyekatan dengan akses lainnya dan pemasangan sarana penunjang. Sarana itu meliputi alat monitor pasien dan piranti kamera pengawas.
Fasilitas kamar pun tak jauh bedanya dengan ruang isolasi. AC ruangan bakal dimatikan, sehingga ruangan mengandalkan ventilasi alami dan mendapat sinar matahari saat pagi.
Sementara untuk perawatan bagi pasien suspect, pihaknya juga telah menyiapkan ruangan tersendiri. Bisa di Ruang Cempaka yang tidak terpakai maupun ruangan di lantai empat lainnya.
“Kami istilahkan itu ruang abu-abu karena sembari menunggu hasil swab keluar,” tuturnya.
Terkait akses pasein, Gusti memastikan pihaknya menyiapkan akses khusus. Nantinya pasien yang diduga terpapar virus corona masuk melalui pintu belakang bangunan. Selanjutnya menuju lift khusus di belakang bagian administrasi pendaftaran.
Terpisah, rencana penambahan ruangan sebagai tempat merawat pasien Covid-19 dan ruangan abu-abu yang disiapkan untuk pasien kategori suspect tersebut disambut baik Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bontang, dr Suhardi.
Namun dr Suhardi mengingatkan penyediaan sarana perawatan tersebut harus ditunjang dengan akses keluar dan masuk khusus yang memadai.
Terlebih menurutnya, Covid-19 merupakan penyakit seribu wajah. Diamana penampakan klinis pasien bisa berbeda-beda. Tidak hanya masalah gangguan pernapasan, tapi bisa juga dengan keluhan lain. Di antaranya, gangguan penciuman, dan pencernaan.
“Akses keluar masuk khusus, harus menjadi perhatian utama,” ujarnya. (Yud/DT).
Discussion about this post